Search by name of artist, exhibition, or category.
PAST EXHIBITION

On Slowness: Painting Displacement

Lukisan Fotorealis Mariam Sofrina & Guntur Timur Di dunia yang dipenuhi kecepatan, distraksi instan, dan serbuan citraan digital, lukisan-lukisan Mariam Sofrina dan Guntur Timur menawarkan ruang visual yang radikal: ruang untuk memperlambat persepsi dan mengembalikan pengalaman melihat pada kedalaman dan kesunyian. Dengan pendekatan fotorealis, keduanya tidak sekadar mereplikasi realitas fotografis, tetapi menciptakan ambang visual yang menggiring pengalaman perseptual dari sekadar penglihatan menuju afeksi yang reflektif. Dalam karya-karya mereka, ketelitian teknis berpadu dengan keheningan psikis. Mariam menyajikan lanskap asing dengan presisi warna yang menggugah, sementara Guntur menampilkan ruang-ruang monokrom yang tenang, seolah menjadi residu dari memori dan spiritualitas. Subjek yang tampak biasa—hutan sunyi, sepotong halaman, sudut kota—justru memunculkan ketegangan visual dan rasa ganjil: the uncanny, yang Freud gambarkan sebagai “yang asing dalam yang akrab.” Displacement terjadi secara ganda: tidak hanya pada citraan yang diambil dari luar konteks geografis dan emosional pemirsa lokal, tetapi juga pada ranah persepsi itu sendiri. Pemirsa digeser dari keakraban narasi visual ke dalam kondisi ambang—suatu perpindahan dari yang dikenali menuju kekosongan yang kontemplatif. Di momen inilah muncul potensi pengalaman sublime: bukan karena kemegahan, tetapi karena dislokasi afektif—kesadaran bahwa yang dilihat bukanlah foto, melainkan lukisan yang dikerjakan secara manual, pelan, dan nyaris tak terlihat jejak gesturnya. Justru dari proses lamban dan teknikal itu muncul keintiman, resonansi tubuh, dan delight in slowness—kenikmatan estetis yang tertunda dan tidak instan. Lukisan-lukisan ini adalah bentuk perlawanan halus terhadap budaya visual yang cepat dan konsumtif. Dalam keheningan dan keteraturannya, Mariam dan Guntur memperlihatkan bahwa seni lukis tetap bisa menjadi gestur subversif: bukan dengan berteriak, tetapi dengan mengundang kita untuk berhenti, bergeser, dan benar-benar mengalami—perjumpaan dengan lukisan.